Gunadarma Sharia Economic Event (G-SENT) berlangsung selama tiga hari
(22-24/2). Acara rutin tahunan yang diselenggerakan oleh Sharia
Economic Forum (SEF) BEM FE UG ini dipusatkan di Auditorium Kampus
D340. Jika tahun sebelumnya kegiatan G-SENT diisi dengan acara workshop
dan kunjungan ke salah satu lembaga ekonomi syariah di lingkungan
Jabodetabek, maka pada tahun ini G-SENT diisi dengan kegiatan forum
UMKM, konferensi mahasiswa dan seminar karier untuk menjawab kebutuhan
SDM pada industry keuangan syariah.
Menurut ketua SEF, Muhamad Rizky Rizaldy, G-SENT tahun ini memang
sengaja dibuat beda disbanding tahun sebelumnya. Di samping untuk
penyegaran, juga untuk member ruang kreativitas bagi para anggotanya
untuk menuangkan ide-ide atau gagasan baru di seputar G-SENT. Maka
jadilah G-SENT tahun ini lebih variatif dan padat berisi dengan
rangkaian kegiatan yang bermanfaat bagi mahasiswa. Ada bedah buku, forum
UMKM, konferensi mahasiswa dan seminar karier.
Selama tiga hari pelaksanaan G-SENT, terdapat beberapa kegiatan yang
intinya. Selain untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang konsep
ekonomi syariah. Juga untuk memberi kesempatan mereka untuk berwirausaha
berdasarkan konsep ekonomi syariah. Selain itu, bagi mereka yang ingin
meniti karier di dunia kerja. Juga diberi kesempatan untuk merintisnya
melalui seminar karier.
“Bahkan untuk kemampuan dalam menuangkan gagasan maupun kepemimpinan,
juga telah kami siapkan kegiatan khusus berupa konferensi mahasiswa,”
ujar Muhamad Rizky Rizaldy.
Bedah Buku
G-SENT hari pertama berlangsung pada Selasa (22/2). Acara dibuka
secara resmi oleh Dekan Fakultas Ekonomi UG, Ir. Toto Sugiarto, S. MSc.,
PhD. Dalam kesempatan memberikan kata sambutan. Dekan Fakultas Ekonomi
UG mengucapkan selamat kepada mahasiswa yang telah berhasil menyiapkan
penyelenggaraan G-SENT tahun ini. Karena selain bermanfaat dalam
pengembangan ekonomi syariah di lingkungan UG, juga dapat memberikan
nilai lebih kepada para mahasiswa.
“Melalui kegiatan ini, mahasiswa tak hanya mengetahui konsep ekonomi
yang ada saat ini, tapi juga dapat mengetahui konsep ekonomi syariah
atau ekonomi Islam,” ujarnya.
Usai sambutan dan pembukaan secara resmi oleh Dekan, acara
dilanjutkan dengan sesi pertama berupa bedah buku ini, tampil Bapak Abu
Muhammad Dwiono Koesen Al-Jambi atau yang akrab disapa dengan Bapak
Dwiono yang menulis buku, “Selamat Tinggal Bank Konvensional,” Sebagai
pembanding tampil, Dr. Imam Subaweh, Kepala Pusat Studi Ekonomi Syariah
UG. Dan sebagai moderator, Ketua SEF BEM FE UG, Muhamad Rizky Rizaldy.
Menurut Bapak Dwiono, sudah waktunya umat Islam Indonesia
meninggalkan bank konvensional dan beralih ke bank syariah. Karena
selain memberikan pelayanan perbankan yang tak jauh beda dengan bank
konvensional, bank syariah dalam operasionalnya telah berprinsip pada
konsep syariah. Hal ini yang membedakan bank syariah dengan bank
konvensional.
“Bedanya lagi, bank konvensional mengumpulkan pendapatannya dari
bunga yang diperolehnya, sedangkan bank syariah berdasarkan bagi hasil
dan margin,” ujar Bapak Dwiono.
Dr. Imam Subaweh setuju dengan pendapat tersebut lebih pada pembelaan
saja. Padahal perlu juga masyarakat dicerahkan melalui
apresiasi-apresiasi lain agar tertarik untuk menjadi nasabah bank
syariah.
Sesi Pertama bedah buku berakhir pada pukul 12.30. Acara dilanjutkan
kemudian dengan acara sesi kedua atau sesi siang yang dimulai pukul
13.30. Pada sesi ini, acara berganti dengan forum UMKM. Dalam acara ini
tampil usahawan muda dan perintis UMKM agribisnis, Panca Hidayat. Ada
dua materi yang sampaikan pada forum ini, yakni tentang perjalanan
budidaya ikan lele, “Sangkuriang” dan potensi agribisnis antara prospek
dan kemudahan.
Konferensi Mahasiswa Ekonomi Syariah
Hari berikutnya, yakni pada (23/2) diselenggarakan Konferensi
Mahasiswa Ekonomi Syariah. Dalam Orasi Ilmiahnya Ketua Sharia Economic
Forum BEM FE Universitas Guandarma Muhamad Rizky Rizaldy memaparkan,
Ekonomi dunia telah mengalami puluhan kali krisis, mengakibatkan dampak
negatif sistemik yang merusak segala sendi kehidupan manusia, mulai dari
kesenjangan sosial, angka kemiskinan yang meningkat, pengangguran,
meningkatnya kriminalitas, rendahnya kualitas gizi dan pendidikan,
sampai pada kasus kematian, baik karena kelaparan maupun perang saudara.
Melihat hal tersebut, maka para ekonomi mulai mencari tahu apa yang
salah dengan sistem perekonomian kita hari ini. Maka ditemukanlah
beberapa penyakit dalam perekonomian yang menyebabkan bangunan besar
ekonomi peradaban manusia ini menjadi tidak seimbang, di antaranya
adalah Riba.
Pelarangan terhadap Riba sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ribuan tahun yang lalu. Tak dipungkiri
oleh sejarah pula bahwa lembaga-lembaga keuangan yang menggunakan
prinsip syariah berhasil selamat dari krisis. Ini adalah sebuah
keajaiban yang nyata, bahwa ajaran yang dibawa sejak ribuan tahun lalu
mampu menghadapi kompleksnya perekonomian modern hari ini. Ini tentu
menjadi hal yang menarik bagi berbagai pihak terutama barat, apapun alas
an dan tujuannya untuk terlibat dalam perkembangan ekonomi syariah di
dunia.
Inggris yang notabene bukan Negara muslim, begitu serius untuk
menjadikan dunia. Bahkan perbankan syariah lebih banyak dan lebih dahulu
ada di Negara tersebut ada dibandingkan dengan Indonesia sebagai Negara
dengan mayoritas muslim terbanyak di dunia. Begitu juga halnya dengan
Singapura, Australia, dan masih banyak Negara lainnya. Paus Benediktus
sebagai pimpinan tertinggi umat katolik dunia pun tak ketinggalan untk
meng-endorse ekonomi syariah sebagai satu-satunya solusi bagi
kesejahteraan dunia.
Ekonomi syariah adalah satu-satunya solusi bagi kesejarhteraan dunia.
Ekonomi syariah adalah sesuatu yang harus dipahami, dijalankan, dan
disebarluaskan kepada semua orang. Banyak hal yang bisa kita perbuat
untuk turut memajukan ekonomi syariah di Indonesia, di antaranya adalah
untuk mulai menabung di bank syariah dan menutup rekening kita di bank
konvensional, mempelajari ilmu ekonomi syariah melalui buku-buku secara
otodidak. Hal lain yang juga bisa dilakukan adalah menggunakan institusi
bisnis berlebel syariah seperti pegadaian syariah dan asuransi syariah,
mengadakan atau menghadiri acara-acara bertemakan ekonomi syariah,
melakukan kampanye melalui jejaring social, dan masih banyak lagi cara
yang lain.
Di Indonesia terdapat sebuah organisasi nasional yang bernama FoSSEI
(Forum Silaturrahim Studi Ekonomi Islam) yang di dalamnya terdiri dari
banyak KSEI (Kelompok Studi Ekonomi Islam) dari berbagai kampus, dari
Sabagn sampai Merauke. Termasuk di dalamnya adalah Sharia Economic Forum
BEM Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, yang akrab disebut SEF.
Pada kesempatan itu ada 5 pembicara lain yang mewakili kelompok
masing-masing yang juga tampil sebagai pemakalah. Yaitu pemakalah
pertama Ardiprawiro dari Jurusan Akutansi 2008 dengan anggota Novi Indah
Purwaningsih yang menguras tema “Melihat Kebijakan Moneter Syariah
Sebagai Solusi Krisis Moneter”. Pemakalah kedua Zainal Mustakim dari
Jurusan Sastra 2009 dengan anggota kelompok Intan Nurlia Tirta dari
Akuntansi 2009 dan Nani al Aryati dari Jurusan Sastra 2009 yang
mengusung tema “Peran Zakat Sebagai Pengentas Kemiskinan”. Pemakalah
ketiga Nurul Aisyah Utama dari Manajemen 2007 dengan anggota Fin Rmdhan
dan Adi Safriyanyo yang juga dari jurusan dan angkatan yang sama dengan
tema “Syariah Menggenggam Dunia”. Pemakalah keempat Esty Purnamasari,
mahasiswa Sarmag Teknik Informatika angkatan 2009 dengan anggota Dewi
Septianawati dan Sri Wahyuni dari Akuntansi 2010 dengan tema “Sumber
daya Insani Penunjang Ekonomi Syariah”. Pemakalah terakhir Sofyarosa
dari Manajemen 2010 dengan anggota Ade Putri L dari Bisnis dan
Kewirausahaan 2007 dan Rahmadina dari Akuntansi 2010 dengan tema
“Promosi Ekonomi Syariah”.
Hari Ketiga
Seminar bertema “Sumber Daya Manusia dalam Perbankan Syariah.”
Diadakan pada hari ketiga dari Rangkaian Gunadarma Sharia Economic Event
2011. Pembicara pertama adalah Ibu Ettien M. Satiri dari Bank Muamalat
yang mempresentasikan tema “Perbankan Islam dan Tantangan Sumber Daya
Manusia 2011”.
Sebelumnya Ibu Ettien memaparkan profil Bank Muamalat, termasuk visi
dan misinya. Keberhasilan Bank Muamalat bukan hanya menginspirasi dunia
perbankan tetapi juga seluruh bisnis keuangan seperti asuransi, pasar
modal, pasar uang dan sebagainya. Ia juga menyebutkan keunggulan dari
Bank Muamalat yaitu memiliki sumber daya insane yang kompeten sehingga
terbukti dapat bertahan dalam mengatasi krisis moneter melalui usaha
sendiri dan bank yang berbasis sektor riil yang dibuktikan FOR di atas
80 %.
Ia juga menyebutkan masalah kebutuhan Sumber Daya Insani perbankan
Syariah di masa mendatang. Dalam kurun waktu 4 hingga 5 tahun ke depan.
Perbankan Syariah membutuhkan 40.000 tenaga kerja. Dalam penyediaan
Sumber Daya Insani khususnya sektor Perbankan Syariah memerlukan
persiapan secara khusus di sektor Perbankan Syariah memerlukan persiapan
secara komprehensif mulai dari penerapan kurikulum berbasis syariah
Deputi Gubernur BI.
Kompetensi SDM di Syariah meliputi pengetahuan perbankan,
produktivitas, pengetahuan Syariah, skill manajemen dan sikap serta
tingkah laku. Pilihan pemenuhan gap SDM bank Syariah adalah dengan
rekrutmen baru, memindahkan SDM bank konvensional atau mengambil SDM
bank syariah lainnya.
Pembicara berikutnya, Bapak Ahmad Fadjrie dari Muamalat Institute
pada kesempatan ini mengusung tema “Peluang dan tantangan SDM Perbankan
Syariah”. Ia pun memaparkan sejarah regulasi perbankan syariah di
Indonesia dan juga sasaran pengembangan perbankan syariah nasional.
Menurut industry keuangan syariah, tidak semata bersifat market
driven. Institusi membutuhkan SDM yang memahami ilmu ekonomi keuangan
konvensional yang kuat namun di saat yang sama juga memiliki pengetahuan
syariah yang mumpuni. “Tanpa ditopang Sumber Daya Insani berkualitas
tinggi, industri keuangan syariah akan terus menjadi follower industry,”
katanya.
Predikisi Bank Indonesia, perbankan Syariah membutuhkan Sumber Daya
Insani (SDI) sekitar 50-60 ribu hingga 2011 untuk mewujudkan asset 5%.
Sedangkan problem kaderisasi industri keuangan syariah adalah pasokan
SDI yang kualitasnya masih minim, keterbatasan institusi pendidikan
formal dan lembaga professional yang berkualitas dalam pendidikan bisnis
keuangan syariah, rekrutmen SDM berlatar belakang pendidikan keuangan
konvensional menyebabkan kualitas Sumber Daya Insani cenderung tidak
ideal, lalu kualitas SDI yang dihasilkan lembaga pendidikan formal yang
ada masih belum memuaskan.
Ia pun memaparkan, ada 4 kompetensi yang perlu dibangun Sumber Daya
Insani Syariah yaitu pertama kompetensi inti yaitu SDM yang memiliki
pandangan dan keyakinan sesuai dengan visi dan misi perbankan syariah.
Kedua, kompetensi perilaku yaitu kemauan SDM untuk bertindak efektif,
memiliki semangat Islami, fleksibel juga rasa ingin tahu yang tinggi.
Ketiga, kompetensi fungsional kompetensi ini berbicara tentang
latarbelakang dan keahlian. SDM yang dibutuhkan ialah SDM yang memiliki
dasar ekonomi syariah, operasi perbankan, administrasi keuangan dan
analisis keuangan. Keempat, adalah kompetensi manajerial yaitu SDM yang
mampu menjadi team leader, cepat menangkap perubahan dan mampu membangun
hubungan dengan yang lain.
Di Indonesia, Ekonomi Islam “terbangun dari tidurnya” mulai 1992
sejak dioperasionalkannya Bank Muamalat pada Mei 1992. Dalam lima tahun
terakhir, kata Bapak Toto, industri keuangan, terutama perbankan
syariah, mengalami kemajuan yang pesat baik dari aspek total asset
maupun jumlah banknya. Pertumbuhan tersebut diikuti pertumbuhan jumlah
SDM di industry keuangan. Totalnya 17.742 orang. Tumbuh pesatnya
industry perbankan syariah, baik dari sisi jumlah bank, jaringan kantor
maupun meningkatnya volume usaha dan ragam produk perbankan syariah,
menuntut tersedianya Sumber Daya Manusia dalam jumlah dan mutu yang
semakin meningkat
Dalam kesimpulannya, ia menyebutkan Perguruan Tinggi memiliki peran
dalam mendukung ekonomi syariah yaitu dengan melakukan penelitian di
semua aspek yang berkaitan dengan ekonomi Islam, pendidikan dalam rangka
menyiapkan SDM yang sesuai kebutuhan Industri Keuangan Syariah serta
pengabdian kepada masyarakat berupa diseminasi hasil penelitian, bahan
penelitian dan bentuk lainnya. “Namun peran tersebut belum dimainkan
dengan baik,” katanya. “Perguruan Tinggi perlu mempersenjatai diri
dengan lembaga pendukung seperti pusat studi, laboratorium yang
difokuskan pada pengembangan ekonomi Islam yang didukung SDM yang
memadai jumlah dan kualitasnya.”
Sumber :
http://shariaeconomicforum.wordpress.com/2011/08/10/gunadarma-sharia-economic-event-g-sent-2011/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar