welcome

Selasa, 26 Juni 2012

G-SENT 2011


Gunadarma Sharia Economic Event (G-SENT) berlangsung selama tiga hari (22-24/2). Acara rutin tahunan yang diselenggerakan oleh Sharia Economic Forum  (SEF) BEM FE UG ini dipusatkan di Auditorium Kampus D340. Jika tahun sebelumnya kegiatan G-SENT diisi dengan acara workshop dan kunjungan ke salah satu lembaga ekonomi syariah di lingkungan Jabodetabek, maka pada tahun ini G-SENT diisi dengan kegiatan forum UMKM, konferensi mahasiswa dan seminar karier untuk menjawab kebutuhan SDM pada industry keuangan syariah.

Menurut ketua SEF, Muhamad Rizky Rizaldy, G-SENT tahun ini memang sengaja dibuat beda disbanding tahun sebelumnya. Di samping untuk penyegaran, juga untuk member ruang kreativitas bagi para anggotanya untuk menuangkan ide-ide atau gagasan baru di seputar G-SENT. Maka jadilah G-SENT tahun ini lebih variatif dan padat berisi dengan rangkaian kegiatan yang bermanfaat bagi mahasiswa. Ada bedah buku, forum UMKM, konferensi mahasiswa dan seminar karier.


Selama tiga hari pelaksanaan G-SENT, terdapat beberapa kegiatan yang intinya. Selain untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang konsep ekonomi syariah. Juga untuk memberi kesempatan mereka untuk berwirausaha berdasarkan konsep ekonomi syariah. Selain itu, bagi mereka yang ingin meniti karier di dunia kerja. Juga diberi kesempatan untuk merintisnya melalui seminar karier.
“Bahkan untuk kemampuan dalam menuangkan gagasan maupun kepemimpinan, juga telah kami siapkan kegiatan khusus berupa konferensi mahasiswa,” ujar Muhamad Rizky Rizaldy.
Bedah Buku

G-SENT hari pertama berlangsung pada Selasa (22/2). Acara dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Ekonomi UG, Ir. Toto Sugiarto, S. MSc., PhD. Dalam kesempatan memberikan kata sambutan. Dekan Fakultas Ekonomi UG mengucapkan selamat kepada mahasiswa yang telah berhasil menyiapkan penyelenggaraan G-SENT tahun ini. Karena selain bermanfaat dalam pengembangan ekonomi syariah di lingkungan UG, juga dapat memberikan nilai lebih kepada para mahasiswa.
“Melalui kegiatan ini, mahasiswa tak hanya mengetahui konsep ekonomi yang ada saat ini, tapi juga dapat mengetahui konsep ekonomi syariah atau ekonomi Islam,” ujarnya.
Usai sambutan dan pembukaan secara resmi oleh Dekan, acara dilanjutkan dengan sesi pertama berupa bedah buku ini, tampil Bapak Abu Muhammad Dwiono Koesen Al-Jambi atau yang akrab disapa dengan Bapak Dwiono yang menulis buku, “Selamat Tinggal Bank Konvensional,” Sebagai pembanding tampil, Dr. Imam Subaweh, Kepala Pusat Studi Ekonomi Syariah UG. Dan sebagai moderator, Ketua SEF BEM FE UG, Muhamad Rizky Rizaldy.

Menurut Bapak Dwiono, sudah waktunya umat Islam Indonesia meninggalkan bank konvensional dan beralih ke bank syariah. Karena selain memberikan pelayanan perbankan yang tak jauh beda dengan bank konvensional, bank syariah dalam operasionalnya telah berprinsip pada konsep syariah. Hal ini yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional.
“Bedanya lagi, bank konvensional mengumpulkan pendapatannya dari bunga yang diperolehnya, sedangkan bank syariah berdasarkan bagi hasil dan margin,” ujar Bapak Dwiono.
Dr. Imam Subaweh setuju dengan pendapat tersebut lebih pada pembelaan saja. Padahal perlu juga masyarakat dicerahkan melalui apresiasi-apresiasi lain agar tertarik untuk menjadi nasabah bank syariah.

Sesi Pertama bedah buku berakhir pada pukul 12.30. Acara dilanjutkan kemudian dengan acara sesi kedua atau sesi siang yang dimulai pukul 13.30. Pada sesi ini, acara berganti dengan forum UMKM. Dalam acara ini tampil usahawan muda dan perintis UMKM agribisnis, Panca Hidayat. Ada dua materi yang sampaikan pada forum ini, yakni tentang perjalanan budidaya ikan lele, “Sangkuriang” dan potensi agribisnis antara prospek dan kemudahan.
Konferensi Mahasiswa Ekonomi Syariah

Hari berikutnya, yakni pada (23/2) diselenggarakan Konferensi Mahasiswa Ekonomi Syariah. Dalam Orasi Ilmiahnya Ketua Sharia Economic Forum BEM FE Universitas Guandarma Muhamad Rizky Rizaldy memaparkan, Ekonomi dunia telah mengalami puluhan kali krisis, mengakibatkan dampak negatif sistemik yang merusak segala sendi kehidupan manusia, mulai dari kesenjangan sosial, angka kemiskinan yang meningkat, pengangguran, meningkatnya kriminalitas, rendahnya kualitas gizi dan pendidikan, sampai pada kasus kematian, baik karena kelaparan maupun perang saudara.

Melihat hal tersebut, maka para ekonomi mulai mencari tahu apa yang salah dengan sistem perekonomian kita hari ini. Maka ditemukanlah beberapa penyakit dalam perekonomian yang menyebabkan bangunan besar ekonomi peradaban manusia ini menjadi tidak seimbang, di antaranya adalah Riba.
Pelarangan terhadap Riba sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ribuan tahun yang lalu. Tak dipungkiri oleh sejarah pula bahwa lembaga-lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syariah berhasil selamat dari krisis. Ini adalah sebuah keajaiban yang nyata, bahwa ajaran yang dibawa sejak ribuan tahun lalu mampu menghadapi kompleksnya perekonomian modern hari ini. Ini tentu menjadi hal yang menarik bagi berbagai pihak terutama barat, apapun alas an dan tujuannya untuk terlibat dalam perkembangan ekonomi syariah di dunia.

Inggris yang notabene bukan Negara muslim, begitu serius untuk menjadikan dunia. Bahkan perbankan syariah lebih banyak dan lebih dahulu ada di Negara tersebut ada dibandingkan dengan Indonesia sebagai Negara dengan mayoritas muslim terbanyak di dunia. Begitu juga halnya dengan Singapura, Australia, dan masih banyak Negara lainnya. Paus Benediktus sebagai pimpinan tertinggi umat katolik dunia pun tak ketinggalan untk meng-endorse ekonomi syariah sebagai satu-satunya solusi bagi kesejahteraan dunia.

Ekonomi syariah adalah satu-satunya solusi bagi kesejarhteraan dunia. Ekonomi syariah adalah sesuatu yang harus dipahami, dijalankan, dan disebarluaskan kepada semua orang. Banyak hal yang bisa kita perbuat untuk turut memajukan ekonomi syariah di Indonesia, di antaranya adalah untuk mulai menabung di bank syariah dan menutup rekening kita di bank konvensional, mempelajari ilmu ekonomi syariah melalui buku-buku secara otodidak. Hal lain yang juga bisa dilakukan adalah menggunakan institusi bisnis berlebel syariah seperti pegadaian syariah dan asuransi syariah, mengadakan atau menghadiri acara-acara bertemakan ekonomi syariah, melakukan kampanye melalui jejaring social, dan masih banyak lagi cara yang lain.

Di Indonesia terdapat sebuah organisasi nasional yang bernama FoSSEI (Forum Silaturrahim Studi Ekonomi Islam) yang di dalamnya terdiri dari banyak KSEI (Kelompok Studi Ekonomi Islam) dari berbagai kampus, dari Sabagn sampai Merauke. Termasuk di dalamnya adalah Sharia Economic Forum BEM Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, yang akrab disebut SEF.

Pada kesempatan itu ada 5 pembicara lain yang mewakili kelompok masing-masing yang juga tampil sebagai pemakalah. Yaitu pemakalah pertama Ardiprawiro dari Jurusan Akutansi 2008 dengan anggota Novi Indah Purwaningsih yang menguras tema “Melihat Kebijakan Moneter Syariah Sebagai Solusi Krisis Moneter”. Pemakalah kedua Zainal Mustakim dari Jurusan Sastra 2009 dengan anggota kelompok Intan Nurlia Tirta dari Akuntansi 2009 dan Nani al Aryati dari Jurusan Sastra 2009 yang mengusung tema “Peran Zakat Sebagai Pengentas Kemiskinan”. Pemakalah ketiga Nurul Aisyah Utama dari Manajemen 2007 dengan anggota Fin Rmdhan dan Adi Safriyanyo yang juga dari jurusan dan angkatan yang sama dengan tema “Syariah Menggenggam Dunia”. Pemakalah keempat Esty Purnamasari, mahasiswa Sarmag Teknik Informatika angkatan 2009 dengan anggota Dewi Septianawati dan Sri Wahyuni dari Akuntansi 2010 dengan tema “Sumber daya Insani Penunjang Ekonomi Syariah”. Pemakalah terakhir Sofyarosa dari Manajemen 2010 dengan anggota Ade Putri L dari Bisnis dan Kewirausahaan 2007 dan Rahmadina dari Akuntansi 2010 dengan tema “Promosi Ekonomi Syariah”.

Hari Ketiga
Seminar bertema “Sumber Daya Manusia dalam Perbankan Syariah.” Diadakan pada hari ketiga dari Rangkaian Gunadarma Sharia Economic Event 2011. Pembicara pertama adalah Ibu Ettien M. Satiri dari Bank Muamalat yang mempresentasikan tema “Perbankan Islam dan Tantangan Sumber Daya Manusia 2011”.

Sebelumnya Ibu Ettien memaparkan profil Bank Muamalat, termasuk visi dan misinya. Keberhasilan Bank Muamalat bukan hanya menginspirasi dunia perbankan tetapi juga seluruh bisnis keuangan seperti asuransi, pasar modal, pasar uang dan sebagainya. Ia juga menyebutkan keunggulan dari Bank Muamalat yaitu memiliki sumber daya insane yang kompeten sehingga terbukti dapat bertahan dalam mengatasi krisis moneter melalui usaha sendiri dan bank yang berbasis sektor riil yang dibuktikan FOR di atas 80 %.
Ia juga menyebutkan masalah kebutuhan Sumber Daya Insani perbankan Syariah di masa mendatang. Dalam kurun waktu 4 hingga 5 tahun ke depan. Perbankan Syariah membutuhkan 40.000 tenaga kerja. Dalam penyediaan Sumber Daya Insani khususnya sektor Perbankan Syariah memerlukan persiapan secara khusus di sektor Perbankan Syariah memerlukan persiapan secara komprehensif mulai dari penerapan kurikulum berbasis syariah Deputi Gubernur BI.

Kompetensi SDM di Syariah meliputi pengetahuan perbankan, produktivitas, pengetahuan Syariah, skill manajemen dan sikap serta tingkah laku. Pilihan pemenuhan gap SDM bank Syariah adalah dengan rekrutmen baru, memindahkan SDM bank konvensional atau mengambil SDM bank syariah lainnya.
Pembicara berikutnya, Bapak Ahmad Fadjrie dari Muamalat Institute pada kesempatan ini mengusung tema “Peluang dan tantangan SDM Perbankan Syariah”. Ia pun memaparkan sejarah regulasi perbankan syariah di Indonesia dan juga sasaran pengembangan perbankan syariah nasional.
Menurut industry keuangan syariah, tidak semata bersifat market driven. Institusi membutuhkan SDM yang memahami ilmu ekonomi keuangan konvensional yang kuat namun di saat yang sama juga memiliki pengetahuan syariah yang mumpuni. “Tanpa ditopang Sumber Daya Insani berkualitas tinggi, industri keuangan syariah akan terus menjadi follower industry,” katanya.

Predikisi Bank Indonesia, perbankan Syariah membutuhkan Sumber Daya Insani (SDI) sekitar 50-60 ribu hingga 2011 untuk mewujudkan asset 5%. Sedangkan problem kaderisasi industri keuangan syariah adalah pasokan SDI yang kualitasnya masih minim, keterbatasan institusi pendidikan formal dan lembaga professional yang berkualitas dalam pendidikan bisnis keuangan syariah, rekrutmen SDM berlatar belakang pendidikan keuangan konvensional menyebabkan kualitas Sumber Daya Insani cenderung tidak ideal, lalu kualitas SDI yang dihasilkan lembaga pendidikan formal yang ada masih belum memuaskan.
Ia pun memaparkan, ada 4 kompetensi yang perlu dibangun Sumber Daya Insani Syariah yaitu pertama kompetensi inti yaitu SDM yang memiliki pandangan dan keyakinan sesuai dengan visi dan misi perbankan syariah. Kedua, kompetensi perilaku yaitu kemauan SDM untuk bertindak efektif, memiliki semangat Islami, fleksibel juga rasa ingin tahu yang tinggi. Ketiga, kompetensi fungsional kompetensi ini berbicara tentang latarbelakang dan keahlian. SDM yang dibutuhkan ialah SDM yang memiliki dasar ekonomi syariah, operasi perbankan, administrasi keuangan dan analisis keuangan. Keempat, adalah kompetensi manajerial yaitu SDM yang mampu menjadi team leader, cepat menangkap perubahan dan mampu membangun hubungan dengan yang lain.

Di Indonesia, Ekonomi Islam “terbangun dari tidurnya” mulai 1992 sejak dioperasionalkannya Bank Muamalat pada Mei 1992. Dalam lima tahun terakhir, kata Bapak Toto, industri keuangan, terutama perbankan syariah, mengalami kemajuan yang pesat baik dari aspek total asset maupun jumlah banknya. Pertumbuhan tersebut diikuti pertumbuhan jumlah SDM di industry keuangan. Totalnya 17.742 orang. Tumbuh pesatnya industry perbankan syariah, baik dari sisi jumlah bank, jaringan kantor maupun meningkatnya volume usaha dan ragam produk perbankan syariah, menuntut tersedianya Sumber Daya Manusia dalam jumlah dan mutu yang semakin meningkat
Dalam kesimpulannya, ia menyebutkan Perguruan Tinggi memiliki peran dalam mendukung ekonomi syariah yaitu dengan melakukan penelitian di semua aspek yang berkaitan dengan ekonomi Islam, pendidikan dalam rangka menyiapkan SDM yang sesuai kebutuhan Industri Keuangan Syariah serta pengabdian kepada masyarakat berupa diseminasi hasil penelitian, bahan penelitian dan bentuk lainnya. “Namun peran tersebut belum dimainkan dengan baik,” katanya. “Perguruan Tinggi perlu mempersenjatai diri dengan lembaga pendukung seperti pusat studi, laboratorium yang difokuskan pada pengembangan ekonomi Islam yang didukung SDM yang memadai jumlah dan kualitasnya.”


Sumber :
http://shariaeconomicforum.wordpress.com/2011/08/10/gunadarma-sharia-economic-event-g-sent-2011/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar